Monday, December 13, 2010

TAUTAN MASA PENGABDIAN RASA

SUBUH... tersinggung senyuman horizon di sebelah timur. Salam setia pamitan malam pun dihulur. Kelibat fajar menyerak dingin. Tirai hari dikuak tenang. Berderai tinggkas unggas di rimba, bersahutan kokok ayam di desa. Lalu azan mengguris kesunyian alam, menitik air wuduk di wajah kita. Tuhan berkatilah umur ini seadanya. Solatku, hidupku, matiku dan seluruhnya hanya buat-Mu pencipta subuh.

DHUHA... ketika muqaddimah kehidupan berlalu pantas, sewaktu biduk diri belayar di selaut tugas, mentari pun makin dermawan dengan sinaran. Rezeki tuhan terus ditagih- pinta, nikmatNya terus diraih- teroka... segala yang di samudera, darat dan udara. Sebutir keringat segunung permata. Namun manusia tidak alpa, supaya hati ingat Pemberi nikmat, istirehatkan sebentar jiwa dan perasaan agar terus tenang dalam kesibukan. Di solat Dhuha... pintalah bantuan.

ZUHUR... tergelincir mentari di separuh safarnya, namun kepanasannya membahang jua. Keletihan menjilat seluruh jasad, mengantuk menyerang pelupuk mata. Demi rezeki, kerja diteruskan jua.
Di tapak binaan pencakar langit... upah buruh terus menggamit.
Di bursa saham yang serba sengit... masih rancak tukaran ringgit
Di pejabat pentadbiran dan pengurusan... masih banyak fail dan tugasan
Di laut gelanggang para nelayan... jaring dan pukat terus melamar ikan
Namun... jangan sesekali terlupa. Di masjid, di surau atau di pinggir meja, solat menunggumu dengan setia. Sebagai penawar jiwa yang penat, munajatlah lewat Zuhur... empat rakaat.

ASAR... sinar mentari pun lesu mengirim keredupan. Angin gemalai membelai wajahpetang. Merpati sejoli bercanda di taman. Sekeluarga bersantai di pepohonan nan rendang. Keindahan, kelembutan sore, kekadang mengalpakan, lalu Tuhan mengingatkan:
“ demi waktu asar, manusiaa seluruhnya dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal dan yang saling berpesan dalam kebenaran dan kesabaran”.
Lalu penuhilah sumpah Tuhan itu, agar jiwamu tak gusar, emosimu tak sasar, agar jalan hidupmu tulus dan lurus, agar kemudi diri tak pincang kecundang. Di waktu asar, solatlah! Allahu akbar!

MAGHRIB... senja bertamu di persada buana. Remang- remang jingga mengukir isyarat untuk makhluk mula berehat. Tabir hari berlabuh di kaki langit mengiringi unggas pulang ke sarang, setelah puas menikmati rezeki siang. Suami sudah lama pulang melepas lelah setelah disapa senyum si isteri di pintu rumah.
Alhamdulillah... di antara gelap dan terang, di antara malam dan siang, ada sejalur senja yang memisahkan. Begitulah nantinya alam barzakh- yang hidup pasti mati.
Oh, sehari lagi mendekati kubur. Itulah ‘senja’ alam dunia dan akhirat. Bukalah mata hatimu untuk melihat dari alam syahadah kea lam ghaib... dalam solatmu di waktu maghrib.

ISYAK... sebelum mata tertutup dalam dakapan malam, setelah jasad berehat dari segala kerja dan urusan, kalau cuaca terang... dongakkan kepalamu ke langit. Lihatlah bulan dan bintang yang berkelip, cecahlah indah. Ucapkanlah subahanallah.
Kalau cuaca gelap... tundukkan kepalamu ke bumi, mungkin hujan rebut akan bertandang. Takutilah musibah. Ucapkanlah innalillah.
Walau sejuk air di telaga, sekalipun malas menyerang anggota, tapi gagahilah diri demi Ilahi. Berwuduklah untuk fardhu yang terakhir. Apungkan zikir paling suci ke bibir. Tuhan pertautkan cintaku yang retak- di solat Isyak.

DINIHARI... dua pertiga malam yang sepi, titis embun berguguran di hujung daun, rerumput basah menjunjung embun, dingin menyelimuti insan di kasur peraduan. Kekadang lena dibuai mimpi indah. Kekadang resah dipagut igauan ngeri. Saat inilah yang terpilih buat pertemuan dua kekasih: percintaan insan dengan Tuhan.
Semakin wangi sunyi- sunyi begini dan jiwa suci itu telah sedia dihujung hari untuk kembara bersama... tahajjud di dinihari.
Demikianlah... pergiliran masa perubahan warna dan suasana, namun pada diri mukmin sejati, ada sesuatu yang terus abadi, pengabdian rasa... demi Yang Esa.